Kamis, 07 Mei 2009

JAMI’ AL-BAYAN FI TAFSIR AL-QUR’AN


Biografi Pengarang

Beliau adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Gharib At-thabari, beliau seorang mujtahid dan pengarang yang masyhur, dari ahli Thabarastan dan lahir pada tahun 224H, kemudian menuntut ilmu pada tahun 240 H, beliau mengelilingi berbagai negara untuk menuntut ilmu, baik di mesir, syam, irak dan baghdad, kemudian beliau mengahiri hayatnya disana, sebelum mengakhiri nafas terakhirnya beliau ditemani beberapa orang yang diantaranya Abu Bakar bin Kamil, dia berkata kepadanya sebelum dicabut ruhnya : Wahai Abu Ja’far, engkau adalah hujjah diantara kami dengan Allah, apakah engkau ada suatu wasiat buat kami dari perkara agama kami? maka beliau berkata : wasiatku kepada kalian adalah apa yang telah aku tetapkan dikitabku, maka kerjakanlah dengannya dan atasnya, kemudian dia(Abu Bakar bin Kamil) berkata : perbanyaklah attasyahud dan dzikir kepada Allah, Lalu mengusap mukanya serta menutup matanya dengan tangannya, maka telah berpisah ruhnya dari dirinya. Beliau dimakamkan dirumahnya dekat dengan makam Nabi Ya’qub yaitu di baghdad yang mana tepatnya pada hari senin tahun 310 H.(Tarikh At-thabari hlm.6,7 cet.baitul afkar)

Jarak Pandang dari segi ilmunya

Beliau adalah salah satu imam yang terkenal, dan mengumpulkan dari berbagai bidang ilmu yang mana hal tersebut belum ada yang mengikutinya pada zaman itu, beliau juga hafal Al-qur’an, mengetahui maknanya, serta faqih dalam menentukan hukum didalamnya dan juga mengetahui As-sunnah baik shahihnya atau dha’ifnya, nasikh atau mansukhnya serta mengetahui perkataan-perkataan sahabat, tabi’in dan setelahnya dari orang-orang yang bertentangan dengan hukum. Beliau juga dianggap sebagai bapak tafsir sebagaimana dianggap sebagai bapak sejarah islam yang mana hal ini dilihat dari segi keilmuannya yang tinggi.(At-tafsir wa al-mufassirun jilid.1, hlm.180, cet.dar al-hadits)
Beliau pertamanya adalah madzhab syafi’i, kemudian menyendiri dengan mendirikan madzhab yang independen (bebas) dan beliau mempunyai pengikut. Dan didalam asas serta cabangnya mempunyai kitab yang sangat banyak.(Thabaqa Al-mufassirun, Imam as-suyuthi hlm.3)
Berkata syeikh Abu Ishaq As-syarazi didalam kitabnya “ Thabaqah Al-fuqaha’ bab jumlah al-mujtahidin ’’bahwa Ibnu Jarir mempunyai madzhab yang terkenal, yaitu madzhab Al-Jaririyah, madzhab yang didirikannya tersebut baru terkenal setelah melewati waktu yang cukup lama sehingga banyak pengikutnya, akan tetapi tidak bisa bertahan sampai saat ini sebagaimana madzhab-madzhab muslimin yang lainnya selain madzhab yang empat.

Metodologi Penulisannya

Telah jelas metodologi Ibnu Jarir dalam tafsirnya, apabila kita membacanya maka pertama kali yang akan kita saksikan adalah bahwa beliau ketika ingin menafsirkan sebuah ayat dari al-qur’an berkata : pendapat didalam penafsiran firman Allah SWT seperti ini dan seperti ini, kemudian baru menafsirkan ayat tersebut dan menyebutkan atas apa yang dikatakannya dengan apa yang telah diriwayatkannya dengan menisbatkannya kepada sahabat dan tabi’in, dari tafsir al-ma’tsur yang berkenaan dengan mereka didalam ayat ini, dan apabila didalam ayat tersebut ada dua pendapat atau lebih maka sesungguhnya dia meneliti setiap apa yang dikatakan didalamnya dan menyebutkan setiap pendapat yang diriwayatkannya tersebut, yang berkenaan dengan sahabat atau tabi’in.

Adapun sebagian sikap dia sebagai berikut :
a. Penolakan terhadap mufassir yang hanya menggunakan akal pikirann saja.
Beliau membantah dengan sekuat tenaga terhadap para pemikir yang independen dalam berfikir, serta tidak memahami pengambilan rujukan ilmu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in, yang disalin kepada mereka dengan cara yang benar. Dia berpendapat bahwa semua itu tanda-tanda tafsir yang benar
b. Sikapnya terhadap sanad
Sesungguhnya Ibnu Jarir mewajibkan didalam tafsirnya dengan menyebutkan riwayat dan sanadnya, pada umumnya dia tidak mengikutkan sanadnya tersebut dengan perbaikan dan tidak juga dengan pengurangan, karena dia berpendapat sebagaimana pedoman dalam ilmu ushul hadits-bahwa barang siapa menisbatkan kepada kamu, maka telah membawamu untuk mencari rijalus sanad dan pengetahuan tentang keilmuannya dari segi al-adalah atau al-jarhu, maka dia dengan pekerjaannya ini telah keluar dari pertanggung jawaban.
c. Sikapnya terhadap al-qira’ah
Begitu juga kita menemukan Ibnu Jarir dengan menyebutkan al-qira’ah atas makna yang beraneka ragam dan mayoritas dia menolak al-qira’ah yang tidak bersandar atas para imam yang unggul baginya dan bagi para ulama’ al-qira’ah sebagai hujjah.
d. Sikapnya terhadap isra’iliyat
Sesungguhnya kita menemukan bahwa Ibnu Jarir dalam penyampaian didalam tafsirnya disertai berita-berita yang diambil dari kisah isra’ily, dia meriwayatkannya dengan sanadnya kepada Ka’ab Al-ahbar dan Wahab bin Munibh, Ibnu Jerij, dan As-Sudai dan lain sebagainya. Kita melihat mayoritas dia menyalin dari Muhammad bin Ishaq dari apa yang diriwayatkan kepada Musallamah Annashari.

Contohnya :
Sebagaimana Firman Allah didalam Al-qur’an ayat 65 surah Al-Baqarah yang berbunyi : Dan sesungguhnya telah Kami ketahui orang-orang yang melanggar diantara kamu pada hari sabtu (hari khusus untuk beribadah untuk orang-orang yahudi) lalu Kami berfirman kepada mereka : Jadilah kamu kera(hatinya) yang hina. Dikatakan olehnya kepada saya al-mutsanna, dia berkata : dikatakan kepada kami Khudaifah, dia berkata : dikatakan kepada kami Syiblun dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid :’ Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari sabtu (hari khusus untuk beribadah untuk orang-orang yahudi) lalu Kami berfirman kepada mereka : Jadilah kamu kera(hatinya) yang hina. Dia berkata : pengubahan hati mereka dan belum mengubah mereka menjadi kera akan tetapi hal itu perumpamaan Allah bagi mereka, seperti perumpamaan keledai yang membawa kitab.

Komentar Ulama’ terhadap tafsir at-tabari :

1. Imam Suyuthi ra. Berpendapat bahwa tafsir Ibnu Jarir adalah tafsir yang paling penting dan paling agung diantara tafsir yang lainnya, karena dia meneliti pengarahan perbedaan pendapat dan pengutamaan antara satu dan yang lainnya dan i’rab serta kesimpulannya melebihi tafsir-tafsir yang telah lalu(Al-itqan jilid.2, hlm.190)
2. Ibnu Taimiyah berkata : Adapun beberapa kitab tafsir yang ada ditangan manusia, yang paling jelas diantaranya tafsir Ibnu Jarir at-thabari, maka dia sesungguhnya menyebutkan makalah-makalah salaf dengan sanadnya yang tepat dan tidak ada didalamnya bid’ah dan tidak menyalin dari orang-orang yang suka menuduh seperti Maqatil bin Bakir dan Al-kalbi(Fatawa Ibnu Taimiyah jilid.2, hlm.192)

0 komentar:

Posting Komentar